Persahabatan..
Sejatinya ia adalah apa yang tercermin dari kedua insan ini. Mereka bersahabat, saling mencintai, bertemu dan berpisah karena Allah SWT. Ia yang membenarkan ketika itu BENAR dan juga yang rela berkorban dalam harta dan jasa dalam persahabatannya. Ialah apa yang kamu lihat dari persahabatan Rasulullah SAW dan Abu Bakar r.a. Betapa sosok Abu Bakar spesial di mata Rasulullah, begitu juga sebaliknya. Ia yang mempercayai di saat orang-orang meragukannya, yang paling setia menemani.. terutama masa-masa sulit Rasulullah SAW. Abu Bakar..
sahabat sejati, yang kisah persahabatannya menggugah untuk dikaji..
Siapakah Abu Bakar itu ?
Sosok penerima dan penyandang gelar As Siddiq langsung dari Rasulullah SAW. Seseorang yang jujur: antara perbuatan dan perkataannya.. yang paling besar pembenarannya.. yang lembut hatinya.. yang paling besar isak tangisnya jika mendengar Al Quran.. yang paling banyak berkorban harta di jalan Allah.. yang sangat berhati-hati pada yang haram dan syubhat.. yang paling bersemangat dalam beramal dan melakukan kebaikan (sampai tak ada satupun sahabat yang bisa menandingi sedekahnya Abu Bakar yang totalitas itu), yang kata Umar bin Khattab, kalau kita saja baru terbesit (memikirkan) 1 kebaikan, Abu Bakar sudah melakukannya duluan. Ia yang bergegas membeli Bilal ibn Rabbah ketika mengetahui ia disiksa hanya karena mengucapkan “ahad, ahad”, satu-satunya khalifah yang mengembalikan kekayaannya (yang didapat selama menjabat sebagai khalifah) ke KAS NEGARA pada saat wafatnya. Ia khalifah pertama dalam Khulafaurasyiddin.
“Seseorang dapat dilihat sifatnya dari teman dekatnya.”
Bagaimana bisa tidak spesial? Insan yang paling dekat dengan Rasulullah sampai Rasulullah wafat. Juga seseorang yang kesetiannya menemani Rasul (bahkan saat Rasul ingin dibunuh) tak tertandingi. Beliau itu ‘copy’-annya Rasulullah.
Lalu.. Apa yang membuat kisah persahabatannya spesial? Adakah beberapa bukti potongan cerita yang menunjukkan kualitas persahabatan mereka?
Bersumber dari buku Sirah karya Syaikh Shafiyyurrahman al Mubarakfuri, dari banyaknya bukti sejarah tentang kualias cinta Abu Bakar pada Rasulullah baik selama hidup maupun setelah wafat, setidaknya ada dua bukti masyhur yang mungkin kita pernah dengar:
CRY FOR HAPPINESS for the DEADLY Hijrah Journey.
(Diriwayatkan dari Aisyah) Setiap harinya Rasulullah selalu datang ke rumah Abu Bakar di waktu pagi atau di sore hari. Namun ada hari dimana beliau datang tidak pada waktu biasanya, hari dimana Rasulullah diizinkan untuk pergi berhijrah. Abu Bakar yang melihat kedatangannya berkata, “Tidaklah Rasulullah datang di waktu (luar kebiasaan) seperti ini, pasti karena ada urusan yang sangat penting”. Saat tiba di rumah Abu Bakar, Rasulullah bercerita, “Aku telah diizinkan untuk berhijrah”. Kemudian Abu Bakar menanggapi, “Engkau minta aku menemanimu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Iya”. dan Abu Bakar pun MENANGIS..
Abu Bakar menangis BAHAGIA, membasahi pipi dengan haru hanya karena dapat hijrah bersama Rasulullah! Kemudian Aisyah mengatakan, “Demi Allah! Sebelum hari ini, aku tidak pernah sekalipun melihat seseorang menagis karena berbahagia. Aku melihat Abu Bakar menangis pada hari itu”.
Padahal.. hijrah dari Mekah ke Madinah kala itu benar-benar membuat nyawa terancam, meninggalkan harta, meninggalkan keluarga; anak dan istri yang ia cintai, tetapi cinta Abu Bakar kepada Rasulullah membuatnya lebih mengutamakan Rasulullah daripada harta, anak, istri, bahkan dirinya sendiri! Maa syaa Allah.. Adakah sahabat yang sejernih itu bantuannya di akhir zaman ini?
WILLING TO SACRIFICE HIMSELF
Dalam perjalanan hijrahnya, Abu Bakar dan Rasulullah sampai di puncak gua Tsur. Saat itu Abu Bakar tidak mengizinkan Rasul masuk ke gua terlebih dahulu, karena rasa cinta Abu Bakar yang begitu tinggi, ia masuk lebih dahulu untuk memastikan tidak ada sesuatu di dalamnya (kalaupun ada, Abu Bakar yang mengalaminya, bukan Rasulullah SAW) dan ia pun masuk untuk menyapunya. Dan didapatinya sisi gua itu beberapa lubang. Maka Abu Bakarpun menyobek kainnya dan menyumbatnya tetapi masih tinggal dua lubang lagi. Lalu ditutupnya dengan kedua kakinya (agar Rasulullah dapat masuk dengan aman tanpa gangguan). Beliau berkata, “Masuklah” dan Rasulullah masuk dan merebahkan kepalanya di pangkuan Abu Bakar lalu tertidur. Ia menggunakan kakinya untuk menyumbat lubang itu (agar Rasulullah tidur dengan aman), sampai pada akhirnya ada binatang berbisa menyengat. Karena khawatir membangunkan Rasulullah, Abu Bakarpun menahan rasa sakitnya dengan tidak menyuarakan SEDIKITPUN atau bahkan bergerak, sampai air matanya menetes (kesakitan) hingga membahasi wajah Rasulullah. Ya Allah… adakah yang lebih romantis dari kisah persahabatan mereka? Betapa cinta Abu Bakar pada sahabatnya Rasulullah begitu besar, bahkan melebihi cintanya pada dirinya sendiri.
Walaupun takkan ada yang bisa mencintai Rasulullah SAW sebesar Abu Bakar, ia tahu betul batasannya: bahwa cinta kepada makhluk tidak boleh melebihi cinta pada Sang Pencipta. Ketika Rasulullah SAW meninggal dan Umar marah karena tidak percaya, sosok laki-laki yang paling dicintai Nabi ini berkata, “Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah meninggal. Tetapi barangsiapa menyembah Allah, maka Allah selalu hidup dan tak pernah mati.”
Tidak hanya selalu bersama ketika hidup, jasad merekapun bersama saling bersebelahan di pemakaman. Abu Bakar adalah seseorang yang jasadnya paling dekat dengannya di Madinah. Dengan posisi kepala sejajar dengan pundak Rasul, yang seolah olah Abu Bakar sedang bersandar, seperti semasa hidupnya. 🙂
Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.’” (HR. Bukhari, no. 6170; Muslim, no. 2640)
Mereka tidak hanya bertemu dan bersahabat di dunia. Karena sahabat sejati, mereka pun melanjutkan persahabatannya di Syurga-Nya Allah.
Lantas, orang seperti apakah sahabat kita saat ini?