Kenapa NN Ga Punya Akun IG?

Kami paham betul bahwa memiliki Instagram akan memudahkan syiar, mudah meluaskan kebaikan, mudah menjangkau masa dan mudah menjadi terkenal, dsb. Namun dengan berbagai alasan dan banyaknya pertimbangan, beginilah cara yang sudah dipilih sejak kami pertama lahir.

NN adalah program yang unik, tidak profit-oriented tetapi impact-oriented–bagaimana bisa melayani sepenuh hati para pembelajar Al Qur’an dengan zero cost atau low cost (jika perlu ada DPP / infaq). Faktanya, mencari “orang yang ingin ikhlas melayani” menjadi tantangan tersendiri. Banyak orang mau “dilayani”, tapi tidak banyak yang ingin “melayani”. Dan alhamdulillah SDM NN adalah kumpulan individu-individu spesial, orang-orang pilihan yang memiliki jiwa dermawan. Jumlahnya tidak banyak. Maka mempopulerkan program kecil ini di Instagram hanya akan menambah limpahan masa yang kami sendiri belum tentu sanggup menampungnya.

Ditambah lagi, media sosial terbesar seperti Instagram dan Tik Tok cukup bisa dikatakan “rimba”. Di NN, kami sudah tersibukkan dengan kebaikan produksi konten, melayani, mengelola program, memberi semua yang terbaik, sehingga kami tidak memiliki waktu lagi untuk melayani yang main-main, yang mungkin hit and run, atau sekedar melempar judgment, komentar sana sini hanya berdasarkan tampilan cover, profile atau cyber identity.

Instagram yang sering diperdebatkan ini, sebenarnya hanyalah salah satu jalan, bukan satu-satunya jalan untuk syiar. Dan jika zaman sekarang memang harus seperti itu cara bermain “game” nya, kami pun sebenarnya sudah melakukannya. Hanya saja, tidak dengan akun NN sendiri. melainkan lewat kerjasama media partner. Lewat platform media lain yang sesuai dengan core value dan preferensi kami saat ini.

Alhamdulillah atas izin Allah, dengan keunikan ini, dengan kesan eksklusif ini, dengan segala ikhtiar lain yang telah dan akan terus dimaksimalkan, Allah pun menunjukkan cara-Nya untuk mengembangkan komunitas NN. Kami bertumbuh perlahan (organik) namun pasti. Semoga kami dapat terus fokus melayani, menjaga kualitas dan menjadi jauh lebih baik lagi bersama Allah.

Kalo dapurnya wangi, maka itu akan tercium sendiri dan orang-orang biasanya akan datang mencari. Beda dengan orang yang mungkin udah gelar-gelar stand, sebar brosur, tiba-tiba didatangi permintaan yang besar, dapur menjadi kualahan dan kualitas tiba-tiba menurun.
Gapapa. Ga semua hal harus diukur dengan angka. Belajar dari kisah Nabi Nuh dan other people of Qur’an, selama kita berdakwah dengan hati yang murni, memaksimalkan ikhtiar diri, sabar dan konsisten, maka tak ada “dakwah yang lambat dan gagal” dalam pandangan Allah.

Inisiator NN