Sering denger kata-kata, “Semua hal yang ada di dunia ini milik Allah” ?
Dalam hidup, kita pasti pernah merasakan yang namanya ‘mendapatkan’ juga ‘kehilangan’. Baru aja dapat gadget baru, eh udah kecopetan. Baru aja dapat promosi karir, eh ada temen yang backstabbing jadinya dipecat. Baru beli motor, eh udah dirusakkin adik/teman/orang saat pinjam. Baru aja menikah 1 bulan, eh suami udah pergi selamanya..
Ini menyedihkan. Tapi inilah kefanaannya dunia. Semewah mewahnya rumah, ada waktu dimana rumah itu kotor, rusak atau musnah (karena bencana alam). Secantik-cantik atau tampannya pasangan, ada saat dimana ia keriput dan menua. Karena adanya rotasi ini, maka bijak sekali mereka yang tidak berlebihan rasa gembiranya saat mendapat anugerah dan tidak terlalu berlarut-larut dalam kesedihan saat kehilangan.
Tapi dari semua kesedihan, sejatinya tidak ada yang lebih memukul dan menyedihkan dari kehilangan seseorang yang kita sayang.
Seperti satu ayat yang mau kita bahas dari surah Al Qasas ini. Kisah seorang wanita yang baru saja mendapat anugerah tapi harus melepaskannya. Ummi Musa.. Semoga bisa menjadi pelajaran untuk kita yang suka berlebihan posesifnya kalau kehilangan!
Kala itu, Ummi Musa harus melahirkan di waktu yang tidak tepat (bagi kita) karena saat itu sedang ada pembantaian massal untuk bayi laki-laki. Sungguh ini berat sekali.
Mengandung 9 bulan saja sudah melelahkan, belum melahirkannya lagi yang penuh perjuangan, kesakitan dan harus berdarah-darah. Tapi saat ingin jeda, melupakan semua keperihan yang dirasa dengan menatap dan bersenang-senang bersama si bayi, si ibu malah harus dihantui bayang-bayang rasa takut. Takut jika pisau algojonya Firaun yang berkilauan itu menembus jantung anaknya. Ibu mana yang hatinya bisa tenang dan tentram?
Saat hati sedang kacau, ia malah diilhamkan Allah untuk menghanyutkan bayinya ke sungai yang buas dan panjang, Nil.
Sungguh ini beban yang lain. Melepaskan bayi di tempat yang bisa saja ia dimakan ular, buaya atau ditelan air karena arus yang deras, sangat tidak terdengar aman dan masuk akal di logika manusia. Berat. Sangat berat! Alih-alih meredakan hati, justru ini malah menambah kecemasan yang lain. Kalau bukan karena Allah yang meneguhkan, maka mungkin hati Ummi Musa akan hancur berkeping-keping saat keranjangnya terlepas di tepi sungai.
Apalagi saat disusuri, peti itu malah menghampiri sumber ketakutan terbesarnya. Yang mana Ide pembantaian massal itu bersumber dari sana. Ketika tahu bayinya diambil, KOSONGlah hati ibu Nabi Musa. Tak ada satupun yang ada di benaknya kecuali buah hatinya. Hampir aja beliau membongkar rahasia bahwa itu anaknya karena terdorong kerinduan dan kekecewaan yang mendalam. Seandainya Allah tidak menenangkan dan meneguhkan hatinya.
Ketika Ummi Musa berhasil bersabar dan tegar atas lapis-lapis kegelisahan ini, Allah pun menunjukkan kuasa-Nya. Saat ingin disusui, Nabi Musa menolak semua perempuan yang dihadirkan. Lewat perantara saudara perempuannya Musa yang sejak tadi mengikuti peti, ia memberi saran kepada keluarga Fir’aun bahwa ada seseorang yang akan cocok menyusui dan memperlakukannya dengan kasih sayang. Saat itulah Musa kecil kembali ke pangkuan ibunya atas izin Allah. Bahkan tidak hanya bayinya, tetapi juga imbalan hadiah yang melimpah, perbelanjaan, pakaian, hubungan yang akrab, perlakuan yang baik.
Begitulah Allah dalam membalas. Yang diambil 1 yang dikembalikan bisa 100. Yang tadinya merasa tercekam setiap hari, sekarang terganti dengan perasaan aman, puas hati lagi disukai.
Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
Al Qasas: 12
Banyak manusia lupa bahwa terkadang Allah hanya mengetes sikap saat diuji
Since life is all about holding on and letting go. Kita harus memahami bahwa ada kalanya suatu urusan itu tidak kita sukai, padahal akibatnya luar biasa baik untuk kita.
….. [maka bersabarlah] karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
An Nisa: 19
Perumpamaan orang yang mengharapkan ridho Allah dalam amal kebaikannya seperti Ummi Musa ini. Dia mendapatkan kembali sesuatu yang pernah hilang, serta mendapat juga kemuliaan, kedudukan serta rezeki yang mengalir secara melimpah — everything at once.
Dari sini kita jadi belajar bahwa jarak antara kesulitan dan keadaan yang menggembirakan itu hanyalah sebentar. Janji Allah itu benar. Semua yang terpinjam akan dikembalikan. Bukankah Allah telah mengembalikan Yusuf a.s. pada Ya’kub a.s.? Bukankah Allah telah mengantarkan kesehatan seperti semula dan anak-anak dan kebahagiaan lainnya kepada Ayyub a.s? Bukankah Allah telah memulangkan Ismail a.s. pada Ibrahim a.s.?
Maka ini hanyalah tentang waktu dan sikapmu saat menunggu. Walaupun dikembalikan sama Allah tidak selalu dengan hal yang sama, tapi sudah pasti dengan yang jauh jauh lebih baik dari apa yang kita ekspektasikan. Dan ibu Musa ini hanyalah orang yang beriman, bukan seorang Nabi. Jadi ada harapan juga untuk kita mendapatkan apa yang beliau dapatkan.
Once the replacement from Allah arrives, you will forget what you lost.
Segala hal yang telah hilang pada diri kita memang bukanlah milik kita. Pantaslah terkadang Allah mengambilnya agar tak ada satupun yang membuat kita mencintainya melebihi cinta pada-Nya. Ya Rabb.. Bantulah kami untuk ridho, tegar, dan ikhlas. Jikalau kami tidak mendapat penggantinya di dunia, semoga Kau simpan dengan baik agar kami bisa mengambilnya di akhirat kelak..