هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ۖ هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
(Al Hasyr: 22)
Secara kasat mata, ayat ini emang kelihatannya singkat dan gampang diapal. Tapi kalo kita teliti pelan-pelan, ada 4 sifat Allah tersebutkan khusus di sini, bahwa Allah itu:
- A’limul ghayb (Maha Mengetahui yang gaib)
- A’limus syahadah (Maha Mengetahui yang nyata)
- Ar-Rahman (Maha Pengasih)
- Ar-Rahim (Maha Penyayang)
Apa maknanya? Let’s check it out!
A’LIMUL GHAYB WA ASY-SYAHADAH (Maha Mengetahui Yang Gaib dan Yang Nyata)
Sering banget orang-orang ngehubungin kata ‘Gaib’ dengan makhluk tak kasat mata :D. Sebenarnya apa sih makna gaib?
Gaib itu sesuatu yang luput dari pandangan manusia (tak terkecuali para Nabi dan Rasul), jin, iblis, malaikat, hewan, dan ciptaan Allah lainnya. Ia hanya diketahui oleh Allah – kalaupun ada dari mereka yang tahu, itu hanya sebagian kecil yang Allah izinkan untuk diketahui.
Biasanya kalau ada seseorang yang banyak tahu, terus dia punya temen deket, temennya jadi ‘ketularan banyak tahu’ alias ‘bocor’ rahasianya ke dia. Tapi kalau sifat ini pada Allah, gak ngaruh! Biarpun malaikat yang deket sama Allah, mereka tetep gak tahu segalanya kaya Allah. Hal ini telah diabadikan di Quran surah Al Baqarah, dimana mereka mempertanyakan kenapa manusia dipilih untuk menjadi khalifah di Bumi (saat itu manusia belum diciptain, tapi biidznillah mereka tahu kalau khalifahnya manusia). Mereka tahu sekadarnya aja, tetep tujuannya gak tahu. (Selengkapnya baca di post Why ALLAH?).
Maha Mengetahuinya Allah mencakup apa aja?
Beginning dan ending kehidupan ini, yang dulu ataupun yang akan datang, segala yang ada di bumi maupun di langit, jutaan spesies di bawah laut maupun di darat, jalan hidup kita atau hidup orang, segala hiruk pikuk dunia ataupun akhirat, pokoknya segala hal yang kelihatan maupun tersembunyi rapi.
Untuk itu…. Dalam urusan kehidupan dunia, sudah sepantasnya kita berserah diri dan percayakan segala halnya kepada Yang Maha Tahu. Kenapa gitu? OK, let me give you easy examples. Kalau sakit, umumnya kita ke dokter. Terus pasti dokternya kasih tahu, “ini obatnya ya diminum dua kali sehari A, B, C”. Abis itu kita pulang dan langsung ‘menjalankan perintah dokter’ kan? Sekarang pertanyaannya, pernah gak kita ngecek lagi di Google kandungan obat yang dokter kasih? Kita teliti lagi, atau telpon lagi dokternya dan bilang, “Dok ini beneran obatnya? lu tau dari mana? Coba jelasin lagi ingridientsnya. Tolong kirimin link tentang pembuatan obat ini!” Enggak pernah kan? Kita langsung percaya aja? Kenapa? karena kita percaya ‘yang memberi jalan adalah yang mengetahui’.
So we need to know that Allah is THE MOST EXPERT from any experts. Terimalah fakta bahwa Allah itu Maha Mengetahui. Janganlah lagi mempertanyakan takdir yang telah terjadi, kejadian-kejadian diluar rencana matang, ujian-ujian hidup, dsb. Percayai salah satu sifat Allah ini dengan iman, bukan nafsu filsafat. Kalau pake filsafat, hati kita gak akan tentram, yang ada jadi makin bingung dan pusing. Kenapa? karena Daya pikir makhluk Vs. khaliq itu ‘beda jangkuannya’.
AR-RAHMAN AR-RAHIM (Maha Pengasih dan Maha Penyayang)
Karena eksis di Basmalah, dua sifat ini populer banget. Setiap mau baca Quran, mau makan, mau belajar, mau naik kendaraan, mau apapun, pasti dua sifat ini kesebut. Setiap hari minimal banget kita baca 34 x berulang-ulang -> 17 (di Al fatihah) x 2 (di Basmalah). Ar-Rahman dan Ar-Rahim sering banget disandingin karena mereka berasal dari akar kata yang sama dan bertujuan saling menguatkan makna satu sama lain (ta’kiid).
Ar-Rahman dari pola wazan Fa’lan, yang berarti “penuh atau sangat banyak”. Kalau pake contoh kata lain, gadhbaan artinya orang yang sedang dipenuhi dengan rasa marah. Bisa disimpulin kalau Ar Rahman bermakna Dzat yang dipenuhi rasa kasih sayang yang sangat luas dan banyak meliputi SELURUH MAKHLUK; buat yang kenal Allah ataupun enggak, yang taat ataupun gak taat, buat yang sering ngecewain maupun yang jarang ngecewain Allah.
Sedangkan Ar-Rahim itu dari pola wazan Fi’il (perbuatan). Itu menunjukkan bahwa Allah membanjiri kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya yang berhak untuk mendapat rahmat-Nya, contohnya ‘orang-orang beriman’. Buktinya ada di ayat berikut:
Daann sebenarnya ada yang lebih bikin #baper tentang Ar-Rahman. Mengutip dari website NAK Indonesia. Ar-rahman berasal dari akar kata arrahm, yaitu tempat janin bayi dari perempuan hamil. Kenapa gitu? Karena the baby is taken care in every way. Sekarang coba kita renungkan bersama hubungan antara ibu dan anak:
- Apakah bayi itu kenal ibunya?
Engga! - Apakah bayi itu sudah punya rasa cinta dan kasih sayang pada ibunya?
Engga! - Apakah ibunya sudah memperhatikan, melindungi dan merawat bayinya?
Yes, in every way! Ibunya bahkan bisa hati-hati dengan apa yang dimakan, kalau berjalan jadi pelan-pelan dsb.
Dan bayi itu gak tahu sama sekali bahwa ia sangat disayangi. Bayi itupun tidak tahu bahwa ibunya mau melakukan banyak hal untuk bayinya, dan melindunginya dari tiap bahaya.
Allah is Ar Rahman, simply means He is loving, caring, understanding, protecting, the most concerned and the most delicate with you.
Kata Rahim ini melahirkan kata Ar–rahman yang bermakna bukan kasih sayang biasa tapi the extreme mercy, beyond human’s imagination. #See… that’s why the words are together anywhere! Cause they’re strongly related!!
Kalau dihubungkan dengan kita, begitulah Allah memperlakukan kita. Kita kenal Allah atau enggak, baca Quran atau enggak, cinta Allah atau enggak, bandel atau enggak, yaa tetep aja Allah showers you with HIS love ;(. Gakkan pernah kamu temuin seseorang yang lebih sayang dari pada Dia yang disifati Ar-Rahman.
Mana bukti Allah shower me with His love?
Coba sekarang itung berapa kali jantungmu sudah berdetak sejak lahir, coba itung berapa banyak oksigen yang sudah kamu hirup sejak lahir. Coba itung berapa banyak adegan dan warna yang matamu bisa nikmatin tanpa buffering. Coba itung berapa jumlah makanan enak yang lidahmu bisa kecap. Kalau diuangkan, mau bayar nyicil pun kita GAK AKAN sanggup. Toh segala harta yang kita punya juga milik Allah. Mau bayar pake uang Allah juga?
Kita itu yaa.. sering banget bersifat kurang mengapresisasi apa yang kita punya. Instead, kita fokusnya ke yang negatif/masalahnya. Contoh sederhananya, wajah kita terserang sedikit jerawat kecil. tapi yang diributin jerawat itu aja. Rasa syukur bahwa muka kita ‘masih utuh’ dan kulit kita ‘tidak seluruhnya mengelupas’ jadi hilang dari hati. Kita ketombean, tapi fokus di ketombe itu aja, rasa syukur bahwa ‘masih punya rambut’ dan kulit kepala yang ‘gak mengopek semua’ rontok dari lisan. Padahal, ada banyak kemungkinan masalah-masalah itu terjadi lebih parah, tapi Allah sudah menyelamatkan kita dari hal yang terburuk.
Kalau kita sedang mengendarai motor/mobil, bukankah ada banyak kemungkinan masalah terjadi? Misal ban bocor, aki habis, atau bahkan kecelakaan karena kita mungkin melewati jalan yang licin dan kanan-kiri kita truk-truk besar. Tapi apa? kitanya sering gak engeh dan sering gak peka bahwa Allah sebenarnya sudah selamatkan kita dari bahaya-bahaya naik kendaraan. Umumnya fokus kita di: Macet-macet-macet, panas-panas-panas, mobil-orang-bagus-gak-kaya-gue. Ketika naik pesawat juga.. Ada banyak kemungkinan kesalahan terjadi ketika lepas landas dan menyebrangi samudra Allah: menabrak awan cumulonimbus, berguncang, bahkan jatuh. Tapi itu semua gak pernah terasa sebagai nikmat dari Allah. Terasanya ketika itu dicabut: ketika pesawat turun (jatuh), baru seketika itu iman dan takwanya naik. #ya Allah :’(
Masalah yang ada pada kita saat ini sebenarnya cuma remah-remah dari hal terkacau yang kemungkinan terjadi.
Wake up or not wake up, saat ini gak kepikiran kalau Allah lagi ‘showering His mercy’. Orang tua kita yang sedang dilindungi Allah, harta kita, bisnis kita, pasangan kita, anak-anak kita, atau bahkan diri kita.
Kalau suatu saat kita menanyakan; dimana keadilan Allah, dimana kasih sayang Allah, mungkin saat itu iman kita begitu rendah, dan perlu mengulas kembali makna Ar-Rahman. Semoga kita terhindar dari rabun nikmat dan mati rasa akan nikmat dan kepedulian Allah pada kita sampai detik ini.
Well, itulah penjelasan ringkas dari 4 sifat Allah yang tersebutkan dalam surah Al Hasyr ayat 22 ini. Semoga kesemua yang telah kita baca dapat menambah iman, menambah kecintaan, menambah kerinduan pada Allah. Semoga semua refleksi yang tadi niatnya buat bikin #baperpenulis, tapi juga bikin #baperkamu.
Jadikankanlah tulisan ini bahan refleksi pribadimu. Di setiap sudut waktu, aku berdoa untukmu dan diriku, agar semakin harinya pemahaman kita pada Al Quran selalu bertambah. Agar ia bisa menjadi sahabat kita di alam kubur nanti. 🙂
Semoga selalu memberi manfat dan juga bermanfaat buat orang-orang sekitar kamu.
Alhamdulillah, terima kasih atas ilmunya, sy suka tulisan2 kakak penyampaiannya mudah dimengerti. Mungkin saya akan sering mampir