Tersebut nama seseorang yang sepotong percakapannya terabadikan dalam satu surah di Al-Qur’an.
Kisah yang cukup straightforward, memuat suatu kejadian beserta alasannya.
Kisah yang sebenarnya udah cukup familiar di kalangan Cave Lovers (istilah pribadi buat nyebut mereka yang suka Al-Kahfian setiap malam jumat ataupun hari jumat😅).
Siapakah ia?
Tentu saja~~
Dialah Khidr.
Sang ‘guru misterius’ yang buat belajar sama beliau aja, nabi Musa perlu berjalan sampai ke pertemuan dua laut🌊 dan drama-drama nyari ikan.
Dan ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.”
Al-Kahf: 60
Kenapa disebut misterius?
Karena kisahnya engga banyak di Qur’an. Adanya cuma satu aja di Al Kahf dan itu juga sepotong, dan itu juga bagian akhir-akhir lagi.
Untuk percakapan rincinya, kamu bisa cek langsung di Qur’an surah Al Kahf ayat 60-82. Di sini.. aku cuma pengen ngajak kamu fokus dalam memetik buliran-buliran hikmah dari 3 insiden yang nabi Musa a.s lalui sepanjang “belajar bareng” dengan beliau. (Sekelas nabi Musa aja masih mau belajar cuyyy, masa kita yang lebih faqir ilmunya niat-gak-niat kalo belajar. Duuuhh malu parah siiih🤦🏼♂️)
1. PERAHU
Gak dipungkiri, harta benda emang salah satu di antara hal-hal yang manusia paling cari, jaga dan sedihin banget kalau hilang.
Di konteks ini, ada harta yang dimiliki orang miskin berupa perahu. Kalau orang miskin, yaa kebayang dong berarti itu bisa jadi satu-satunya perahu yang dia mati-matian rawat buat cari nafkah. Tapi ternyata perahu satu-satunya itu malah sengaja dirusak. Dibolongin sama seseorang. Siapapun yang ngeliat normalnya emang shocked!
Mungkin versi kitanya gini. Anggaplah kita orang miskin yang punya satu-satunya motor buat ngojek. Terus suatu saat ban kita dikempesin sama orang, dirusak gitu sama orang gak dikenal. Pas ngeliat, pasti kita KAGET, kesel, gak terima dan mungkin bisa aja bertindak sama seperti nabi Musa ketika melihat perahu orang miskin itu dilubangin. Tapi ternyata, gak lama kita sadar, bahwa motor yang dirusak itu adalah bentuk sayang. Bentuk perlindungan karena di hadapan mereka akan datang pembegal yang akan merampas siapapun yang PUNYA MOTOR.
Dan di konteks ini.. perahu itu dirusak untuk menyelamatkannya dari rampasan raja zalim.
Adapun perahu itu adalah milik orang miskin yang bekerja di laut; aku bermaksud merusaknya karena di hadapan mereka ada seorang raja yang akan merampas setiap perahu.
Al-Kahf: 79
Kita tidak pernah bisa mengintip apa yang akan terjadi di kemudian hari. Bahkan sekedar membayangkannya saja kita selalu meleset. Ketika harta benda kita rusak, kita tidak perlu memarahi Allah dan mendesak Allah menjawab ‘mengapa’ dan ‘kenapa bisa terjadi’ ke saya yang udah A, B, C saat ini juga. Yang Maha Lembut tentu akan berlaku lembut terhadap hidup kita. Kita jadi belajar bahwa harta benda yang dirusak bisa jadi merupakan bentuk sayang-Nya agar dihindarkan dari marabahaya yang jauh lebih besar.
2. ANAK MUDA
Kehilangan mereka yang kita sayang emang salah satu ujian paling menyakitkan. Dan di konteks ini, ada orang tua yang begitu terpukul karena kehilangan buah hatinya yang terbunuh.
Dalam hidup, sering sekali kita kehilangan orang yang kita sayang. Tapi dari sini kita diingatkan lagi.. bahwa pandangan dan pengetahuan kita takkan mampu menembus ruang waktu. Kita gak bisa meraba whats ahead di kemudian hari. Maka apa yang Yang Maha Bijaksana kehendaki selalu berakhir baik dan bijaksana. Sehingga kehilangan seseorang tak sepantasnya menggendong kita berburuk sangka pada Allah. Apalagi meronta, mendikte Allah untuk mengembalikannya, dan mengancam-Nya yang aneh-aneh. Seperti halnya perahu, ternyata perginya seseorang, diambilnya seseorang, ataupun hilangnya seseorang, bisa jadi bentuk kasih sayang Allah yang menyelamatkan kita dari ‘bahayanya orang’ itu dan bahkan, Maha Baiknya Allah, akan digantikan dengan yang jauh-jauh lebih baik.
Dan adapun anak muda (kafir) itu, kedua orang tuanya mukmin, dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran.
Al-Kahf: 81
Kemudian kami menghendaki, sekiranya Tuhan mereka menggantinya dengan yang lebih baik kesuciannya daripada dia dan lebih dekat kasih sayangnya (pada kedua orang tuanya)
3. DINDING
Kalau ada orang baik ke kita, terus kita berlaku baik lagi, yaaa itu mah normal dan basic banget. Tapi kalo ada orang yang berlaku sungguh baik manakala dia diperlakukan sangat-sangat buruk, waaah itu sih luar biasa!!!!!
Seperti halnya perbuatan beliau ini. Pas bekal perjalanannya abis dan berniat tuk bertamu di rumah para penduduk suatu negeri, kehadiran beliau malah ditolak mentah-mentah. Semua gabruk pintu dan gak ada yang mau menjamu. Ternyata disitu orangnya kikir-kikir! Gimana enggak? Yeelah bayangin aja.. masa barang ‘aer putih’ aja gak mau ngasih?
Kalo kita jadi mereka, duuh palingan udah buru-buru keluar aja dari kampung itu, eneg saking keselnya -karena kikirnya mereka sampe ke ubun-ubun.- Tapi beliau enggak. Malah saat itu, beliau ngeliat ada dinding rumah yang roboh, terus langsung ditegakkin (dibangun dan dirapihin lagi pake semen, batu bata, dsb). Ya Allah. Pe-Er banget gak sih? Logikanya ya kita mungkin komen kaya nabi Musa, “Kalau kamu mau, kamu bisa kok minta imbalan atas ini!” Make sense.. Orang ngebangun rumah itu cape.
Tapi ternyata…
Dari Khidr kita belajar..
bahwa dalam berperilaku
standarnya haruslah Allah.
Bukan attitude makhluk.. 🤧🥀
Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang shalih. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri….
Al-Kahf: 82
Dan dari sepotong percakapan yang meaningful ini, kita diingatkan lagi dan lagi..
bahwa kapanpun kita dijahati orang lain, dicibir, dijatuhkan, maka gak usah dibales dengan hal yang sama jeleknya. Yang jelek cukup mereka aja, kitanya gak usah ke-ikut jeleknya. Buatlah hati kita ‘berkelas’ seperti Khidr. Belajarlah berperilaku seperti beliau. Yang tidak memperlakukan sebagaimana diperlakukan. Tetapi memperlakukan sebagaimana Allah perintahkan,
… Dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (2: 195)
dan memperlakukan sebagaimana Allah suka dan Allah ridha.
…. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan. (7: 56)
Inget..
Standarnya Allah, bukan attitude makhluk..