Di Islam, kita sering banget diajarin bahwa segala kekayaan dan harta benda itu cuma titipan Allah. Tapi namanya hidup di zaman materialisme —ditambah kehadiran sosmed kek sekarang— rasa cemas dan khawatir yang mendalam ga dipungkiri sering muncul. 😰 Kita suka terjebak di kekhawatiran “takut miskin”. 🤧 Hmm, ada ga ya ayat yang bisa mengejukkan hati kita tentang ini?
Dalam surah An Najm, ada ayat yang cukup menarik perhatian!
Dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,
(Q.S. 53: 43-44)
Dan sesungguhnya Dialah yang mematikan dan menghidupkan,
Hmm, ketawa itu kan lawannya menangis. Mati itu lawannya hidup. Kalo secara berurutan ayatnya saling kontras gini, berarti lanjutannya juga kontras dooong?
Iya harusnya ya.. dengan kita yang berekspektasi kontras, di sini malah Allah katakan:
dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan.
(Q.S. 53: 48)
😳
Haaaaa? Kekayaan dan KE-CU-KU-PAN? 😳
Apa ga salah???
Nih ya, apakah kekayaan dan kecukupan itu kata yang berlawanan? Engga kaaan? Lawannya kaya itu miskin. Atau semisal Allah pake kata fakir, yaaa masih cocok sebagai lawan kata. Tapi kenapa ni ayat beda sendiri? Apa yang Allah mau sampaikan?
Seolah kita jadi bisa ngambil hikmah bahwa Allah itu tidak pernah memberikan manusia kemiskinan. 🥺 Yang ada hanyalah kecukupan. 🥺 Cukup untuk kebutuhannya saat ini, cukup dengan ruang perutnya, cukup dengan ruang ususnya, cukup dengan apa yang paaaaling penting di fase hidupnya saat ini. Maa syaa Allah..
Lagi pula, bagaimana mungkin yang disifati Al Ghaniy (Dzat Paling Kaya) sekaligus Ar Rahman (Dzat Yang Cinta-Nya bercucuran), tidak mencukupi kebutuhan makhluk-makhluk-Nya?
Seringnya… yang bikin kita takut miskin, kuatir jadi gelandangan, was-was jadi fakir, ngerasa gaji kita ga pernah cukup dan tempat kerja kita gapernah memuaskan itu setan!
Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui. (Q.S. 2: 268)
Padahal, sebagaimana kita ngerasa aman punya orang tua yang kaya, maka bukankah seharusnya kita merasa aman memiliki Rabb Yang Maha Kaya? Kenapa rasa tentram itu hilang ketika kita punya Tuhan Yang Kekayaan-Nya meliputi 7 lapis langit, 7 lapis bumi, surga, neraka dan seluruh alam semesta?
Mengurus jagat raya saja tidak mengurangi kekayaan Allah, maka apalagi mengurusi kita? Dibanding alam semesta, kita itu super mungil, bahkan menjadi setitik yang tidak terlihat lagi. Memenuhi kebutuhan kita tentu gakkan serumit mengatur kebutuhan seluruh alam semesta ini.
Maka, mulai sekarang.. buang jauh-jauh kekhawatiran kita yang berlebih terhadap harta, masa depan, dsb. Selagi kita butuh itu, maka pasti Allah penuhi kebutuhan itu tanpa diminta. **Oiya perlu digarisbawahi, bukan berarti dengan ini, kita malas-malasan aja dan uncang-uncang kaki di kursi. 🙄 Kita tetap perlu menjemput rizqi-Nya yang Ia sudah tebar di muka bumi. With that saying, jangan pernah berprasangka buruk terhadap Al Wahhab. Sang Pemberi Tanpa Harap Kembali ini gamungkin jahat dan tega menahan-nahan rizqi. Kalau belum waktunya, barulah sesuatu itu disimpan dulu. Ketahuilah bahwa, tidaklah Allah menyegerakan sesuatu kecuali itu untuk kebaikan, dan tidaklah Allah menunda-nunda sesuatu kecuali untuk kebaikan.
Inget yaaa,
Jangan khawatir berlebih tentang materi. Ketentraman hati dan kekayaan jiwa lah yang perlu kita miliki. Lagi pula… air hujan yang menurut kita jumlahnya random aja ternyata Allah takar,
tentu apalagi takaran rezekimu? Sebagai hamba kesayangan-Nya Al Ghaniy?