Sebuah perjalanan yang dimulai dari keterbatasan berquran pada awal pandemi tahun 2020.
Ide bermula saat sang inisiator program, Siti, sedang mengikuti sebuah program menghafal Qur’an dimana ia kerap kali melihat kegelisahan dan tekanan di antara para pesertanya. Waktu yang singkat, target yang terlalu ideal, sistem balapan, menurutnya semua itulah yang menjadi penghalang untuk merasakan nikmatnya berinteraksi dengan Al-Quran.
“Ambis gak karuan tanpa ngeliat kemampuan diri, ngebanding-bandingin diri sama orang lain yang start berqur’annya beda, latar belakangnya beda.. pada akhirnya cuma akan melahirkan kekesalan, pesimis, sedih, bahkan lebih parahnya ‘kapok’ saat berinteraksi dengan Qur’an. Sedih banget.. Harusnya Qur’an gak bikin give up kayak gini!” Keluh Siti.
Berqur’an tak dengan hati, itulah masalah yang ia lihat dan alami selama ini. “Di sana tuh ada yang berquran cuma karena paksaan orang tua, sistem sekolah, tekanan guru.. ada juga yang disana cuma buat ngejar persyaratan beasiswa.. belum lagi yang gabut, yang pengen bangun suatu image sebelum nikah, ada juga yang ngejar sertifikasi semata. Rasa-rasanya, itu bukan esensi ngafal Qur’an.” Tambahnya.
Sepulang dari dauroh, bersama sahabatnya, Dian, mereka membuat program kecil yang awalnya didedikasikan untuk mengisi kegiatan positif di masa isolasi / lockdown pertama 2020 secara daring. Bersama remaja di sekitarnya, mereka memulai perjalanan pertama menghafal surah Luqman –surah pertama yang ingin dimurojaah seusai dauroh. Di program itu juga, Siti mencoba memperbaiki sistem yang selama ini menjadi masalah.
Akhirnya pada Maret 2020, terbentuklah idealisme sebuah program menghafal Qur’an yang disebut Ngafal Ngefeel. Menghafal sekaligus memahami, memaknai dan merasakan sampai hati makna dari ayat-ayat yang dihafal.
Dengan quality over quantity, menghafal cukup dengan satu atau dua ayat namun konsistensi dan keistiqomahanlah yang dibangun setiap hari. Adanya insights quran yang dikemas dengan bahasa yang ringan memudahkan para pesertanya dalam proses menghafal. Kehadiran ilustrasi yang menarik dan podcast juga membuat berquran terasa mendalam dan menyenangkan.
Tak cukup sampai situ, sistem disiplin, ketepatan waktu, dan rasa kekeluargaan juga membuat programnya cukup digemari. “Gak tau sih, cuma aku ngerasa NN tuh realisasi program Qur’an idaman aku. Karena ga ada yang 100% kayak NN, that is why I set out one.” Tambahnya.
Di NN, setiap peserta akan diajak menghadirkan rasa dan masuk ke indahnya makna Al Quran dalam setiap ayat yang dihafalnya. Sehingga diharapkan, pemahaman itu membekas dan dapat menjadi panduan dalam berperilaku. Berdasarkan observasi dan survey yang diambil dari angkatan ke angkatan, cara seperti ini cenderung lebih disukai karena memberikan kenyamanan dan menghasilkan efektifitas yang baik.
Sejauh ini manfaat program ini telah menyebar luas dari lintas kota di Indonesia, hingga ke mancanegara, yang melahirkan ratusan alumni dari berbagai latar belakang, usia dan profesi.
Bersama timnya, ia ingin menjadikan Al-Quran kitab yang lebih akrab. “Harapannya satu, kami cuma pengen orang-orang ngerasa Quran itu sesuatu yang deket, asik, seru dan bikin nyaman. Besar harapan kami untuk menghidupkan Quran di hati anak-anak muda. Menjadikan itu secandu entertainment. Seasik scrolling. Senyaman rebahan. Pedoman yang benar-benar nyata, yang nantinya akan menjadikan mereka sosok Quran yang berjalan di akhir zaman.“ ujar citanya.
“Berjalan di atas muka bumi ini sambil mengamalkan indahnya nilai nilai Al-Qur’an.. bukankah akhlak Qur’an akan membawa banyak kebaikan pada dunia ini?” Ungkapnya menutup.
Berqur’an bukan ajang keren-kerenan di mata manusia karena ia terlalu mulia tuk sekedar dilombakan.
Inisiator NN
Al-Qur’an juga bukan alat untuk saling meninggi, mendebat, menunjuk dan saling menjatuhkan.
Al-Qur’an juga terlalu agung untuk sekedar ritual ceremonial yang pembacaan dan konsentrasinya cuma ada disana. Al-Qur’an itu miracle! Mukjizat! yang seharusnya dapat merendahkan hati kita semua. Suatu Kitab Hidayah yang seharusnya saat dibuka, dipelajari dan dihafal, yang kita dapatkan ialah hidayah.
Disebutnya aja “Kalamullah” berarti seharusnya yang harus selalu diingat adalah ‘Allah’. Bukan ambisi duniawi yang kerap kali jadi konsentrasi.